GEJALA
Sebagian besar kasus terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Stroke bisa menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution). Perkembangan penyakit bisasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau tejadi beberapa perbaikan.
Gejala yang terjadi tergantung kepada daerah otak yang terkena:
- Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
- Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
- Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
- Penglihatan ganda
- Pusing
- Bicara tidak jelas (rero)
- Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
- Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
- Pergerakan yang tidak biasa
- Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
- Ketidakseimbangan dan terjatuh
- Pingsan.
Kelainan neurologis yang terjadi lebih berat, lebih luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi.
Stroke bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas.
PENGOBATAN
Biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke. Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepda penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah resiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jika obat tertentu yang berfungsi menghancurkan bekuan darah (misalnya streptokinase atau plasminogen jaringan) diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke. Segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan bahwa penyebabnya adalah bekuan darah dan bukan perdarahan, yang tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah.
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati memperbaiki aliran darah ke daerh tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan pembedahan. Tetapi pengangkatan sumbatan setelah stroke ringan atau transient ischemic attack, bisa mengurangi resiko terjadinya stroke di masa yang akan datang.
Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut, biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan respirator untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Diberikan perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena penekanan). Kelainan yang menyertai stroke (misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru) harus diobati. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
REHABILITASI
Rehabilitasi intensif bisa membantu penderita untuk belajar mengatasi kelumpuhan/kecacatan karena kelainan fungsi sebagian jaringan otak. Bagian otak lainnya kadang bisa menggantikan fungsi yang sebelumnya dijalankan oleh bagian otak yang mengalami kerusakan. Rehabilitasi segera dimulai setelah tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan penderita stabil. Dilakukan latihan untuk mempertahankan kekuatan otot, mencegah kontraksi otot dan luka karena penekanan (akibat berbaring terlalu lama) dan latihan berjalan serta berbicara.
PENCEGAHAN
Mengetahui faktor-faktor resiko Anda dan mengadopsi gaya hidup sehat merupakan langkah terbaik yang dapat Anda ambil untuk mencegah stroke. Secara umum, gaya hidup sehat berarti Anda:
1. Kontrol tekanan darah tinggi (hipertensi). Salah satu hal paling penting yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi resiko stroke adalah untuk menjaga tekanan darah terkendali. Jika anda pernah mengalami stroke, menurunkan tekanan darah anda dapat membantu mencegah serangan transient ischemic berikutnya atau stroke. Berolahraga, mengelola stres, menjaga berat badan yang sehat, dan membatasi asupan natrium dan alkohol adalah cara-cara untuk menjaga tekanan darah tinggi di cek. Selain rekomendasi untuk perubahan gaya hidup, dokter mungkin meresepkan obat untuk mengobati tekanan darah tinggi, seperti diuretik, angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dan angiotensin reseptor blocker.
2. Turunkan kolesterol dan lemak jenuh asupan. Makan kurang kolesterol dan lemak, terutama lemak jenuh, dapat mengurangi plak di arteri Anda. Jika Anda tidak dapat mengendalikan kolesterol melalui perubahan pola makan sendirian, dokter Anda mungkin akan meresepkan obat penurun kolesterol.
3. Jangan merokok. Berhenti merokok mengurangi resiko stroke. Beberapa tahun setelah berhenti, seorang mantan perokok resiko stroke adalah sama dengan bukan perokok.
4. Kontrol diabetes. Anda dapat mengelola diabetes dengan diet, olahraga, pengendalian berat badan dan pengobatan. Kontrol ketat gula darah Anda dapat mengurangi kerusakan otak Anda jika Anda mengalami stroke.
5. Menjaga berat badan yang sehat. Kelebihan berat badan lain yang memberikan kontribusi pada faktor-faktor resiko stroke, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan diabetes.
6. Berolahragalah secara teratur. Latihan aerobik mengurangi resiko stroke Anda dalam banyak cara. Olahraga dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan tingkat-tinggi density lipoprotein (HDL) kolesterol, dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan pembuluh darah dan jantung. Hal ini juga membantu Anda menurunkan berat badan, mengendalikan diabetes dan mengurangi stres. Olah raga secara bertahap sampai 30 menit kegiatan - seperti berjalan, joging, berenang atau bersepeda jika tidak setiap hari, 1 hari dalam seminggu.
7. Kelola stres. Stres dapat menyebabkan peningkatan sementara dalam tekanan darah - faktor resiko untuk pendarahan otak - atau hipertensi bertahan lama. Juga dapat meningkatkan kecenderungan darah membeku, yang dapat meningkatkan resiko stroke iskemik. Menyederhanakan hidup Anda, berolahraga dan menggunakan teknik relaksasi semua pendekatan yang dapat Anda belajar untuk mengurangi stres.
8. Minum alkohol dalam jumlah sedang, atau tidak sama sekali. Alkohol dapat menjadi faktor resiko dan tindakan pencegahan stroke. Pesta minum dan berat konsumsi alkohol meningkatkan resiko tekanan darah tinggi dan stroke iskemik dan perdarahan.
9. Jangan gunakan obat-obatan terlarang. Banyak jalan obat, seperti kokain dan kokain, yang menjadi faktor resiko untuk TIA atau stroke.
Ikuti Pola Makan Yang Sehat
Selain itu, makan makanan sehat. Sebuah diet sehat otak harus mencakup:
1. Lima atau lebih porsi harian buah dan sayuran, yang mengandung zat gizi seperti kalium, folat dan antioksidan yang dapat melindungi Anda terhadap stroke.
2. Makanan kaya serat larut, seperti havermut dan kacang-kacangan.
3. Makanan kaya akan kalsium, mineral yang ditemukan untuk mengurangi resiko stroke.
4. Produk kedelai, seperti tempe, miso, tahu, dan susu kedelai, yang dapat mengurangi low-density lipoprotein (LDL) kolesterol dan meningkatkan kadar kolesterol HDL Anda.
5. Makanan kaya omega-3 asam lemak, termasuk ikan air dingin, seperti salmon, makarel dan tuna.
sumber : http://www.spesialis.info/?pencegahan-stroke-iskemik,978
Senin, 03 Oktober 2016
Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Stroke Iskemik
Stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di Indonesia stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit (Aliah dkk, 2007). Dalam skala global, stroke sekarang berada dalam peringkat kedua, di bawah penyakit jantung iskemik sebagai penyebab kematian dan merupakan faktor utama penyebab kecacatan serius.Di Asia yang kebanyakan merupakan negara berkembang jumlah penderita stroke lebih banyak daripada di negara maju. Konferensi Stroke Internasional yang diadakan di Wina, Austria, tahun 2008 juga mengungkapkan bahwa di kawasan Asia jumlah kasus stroke terus meningkat (Soemarmo, 2008). Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. Data stroke yang dikeluarkan oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan pada tahun 2004, penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap karena stroke jumlahnya sekitar 23.000 orang.
Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 mendata kasus stroke di wilayah
perkotaan di 33 provinsi dan 440 kabupaten, hasilnya adalah penyakit stroke
merupakan pembunuh utama di kalangan penduduk perkotaan, sebagai salah satu
contoh di Surakarta sebagai kota yang sedang berkembang pesat dengan RSUD Dr.
Moewardi yang merupakan rumah sakit negeri rujukan daerah Surakarta. Menurut
kepala unit saraf rumah sakit (RS) Dr. Moewardi Surakarta Prof. DR. dr.
H.Suroto, Sp.S (K) Jumlah penderita stroke mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun hingga 5-7 persen. Apabila tidak ada upaya penanggulangan stroke yang
lebih baik maka jumlah penderita stroke pada tahun 2020 diprediksikan akan
meningkat 2 kali lipat (Wiwit S, 2010). Data survei di RSUD Dr. Moewardi pada
tahun 2010 jumlah pasien stroke iskemik sebanyak 503, dengan jumlah pasien
stroke iskemik 275, lebih banyak daripada stroke hemoragik. Penyebab tingginya
angka kejadian stroke di Indonesia lebih disebabkan karena gaya dan pola hidup
masyarakat yang tidak sehat, seperti malas bergerak, makanan berlemak dan
kolesterol tinggi, sehingga banyak diantara mereka mengidap penyakit yang
menjadi pemicu timbulnya serangan stroke. Saat ini serangan stroke lebih banyak
dipicu oleh adanya hipertensi yang disebut sebagai silent killer, diabetes
melitus, obesitas dan berbagai gangguan kesehatan yang terkait dengan penyakit
degeneratif (Waspadji, 2007).
Penyebab diabetes melitus menjadi stroke
iskemik salah satunya adalah adanya suatu proses
aterosklerosis. Kira-kira 30% pasien dengan
aterosklerosis otak terbukti adalah penderita
diabetes. Terjadinya hiperglikemia menyebabkan
kerusakan dinding pembuluh darah besar maupun
pembuluh darah perifer disamping itu juga akan
meningkatkan agegrat platelet dimana kedua
proses tersebut dapat menyebabkan aterosklerosis.
Hiperglikemia juga dapat meningkatkan viskositas
darah yang kemudian akan menyebabkan naiknya
tekanan darah atau hipertensi dan berakibat
terjadinya stroke iskemik. Proses makroangiopati
dianggap sangat relevan dengan stroke dan
juga terdapat bukti adanya keterlibatan proses
makroangiopati yang ditandai terjadinya stroke
lakunar pada penderita diabetes melitus(Gilroy,
2000; Hankey dan Lees, 2001; Ryden et al 2007). Menurut hasil
riset kesehatan dasar Indonesia tahun 2007 bahwa
usia di atas 65 tahun berisiko tinggi terkena
stroke daripada di bawah 65 tahun. Setelah usia
50 tahun tampak kecenderungan bahwa arteriarteri
serebral yang kecil juga terkena proses
arterosklerosis. Penyempitan yang disebabkan
oleh plak arterosklerosis bisa mencakup 80-
90% lumen arteri (Valery, 2009). Namun, saat
usia di atas 75 tahun insidennya mengalami
penurunan. Seperti pada jurnal National Institutes
of Neurological Disorders and Stroke tahun 2008
rasio insiden pria terhadap wanita pada usia 55-64
tahun adalah 1,25, pada usia 65-74 tahun adalah
1,50 pada usia 75-84 tahun adalah 1,07, dan
pada usia ≥ 85 tahun adalah 0,76 (Carnethon et
al, 2009). Hal ini menurun karena usia rata-rata
orang di Amerika yaitu 72,3 tahun pada pria dan
wanita 79,1 tahun sehingga jumlah insiden pria
lebih sedikit (Maryam dkk, 2008) sedangkan usia
rata-rata orang Indonesia menurut BAPPENNAS
yaitu 70 tahun.distribusi kejadian stroke
iskemik dan kejadian bukan stroke iskemik
terhadap DM dan non DM, didapatkan hasil
71,21% penderita stroke iskemik dengan DM. Hal
ini menunjukkan bahwa kondisi DM berpengaruh
positif dan merupakan faktor risiko stroke iskemik
(Feigin, 2009). Prevalensi penderita stroke dengan
hipertensi (tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg)
cukup tinggi, mencapai 67,5 %. Hal tersebut
terjadi karena diabetes akan meningkatkan risiko
untuk terjadinya hipertensi.hubungan antara diabetes melitus dengan kejadian
stroke iskemik dimana kadar glukosa darah yang
berlebih akan menganggu elastisitas pembuluh
darah dan proses arterosklerosis mendominasi
untuk terjadinya suatu emboli yang akan
menyumbat dan menjadi stroke iskemik bila
terkenanya di otak.
referensi : Biomedika, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2013
referensi : Biomedika, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2013
SELAMAT DATANG ...
Assalamu'alaikum..
hii nama saya Dhea Yulyansyah ,panggil aja Dheyul .lahir di Indramayu 29 Juli 1998 Alhamdulillah secara normal,saya anak kedua dari 3 saudara tapi sekarang saya jdi anak tunggal.Riwayat sekolah SDN Karanganyar 4indramayu,SMPN 1 Sindang Indramayu, SMA 1 Anjatan dan alhamdulillah sekarang saya menjadi mahasiswa diSTIKES Jend.Achmad Yani Cimahi Prodi Analis Kesehatan (D3).
selamat berkunjung diblog saya...
Langganan:
Komentar (Atom)